Dunia Ilmu Pengetahuan di era tahun
1905 pasca Perang Dunia I dihebohkan dengan munculnya penemuan tentang
IQ atau Kecerdasan Intelektual yang dipelopori oleh Binet.
Kecerdasan Intelektual diyakini sebagai penentuan kesuksesan seseorang.
Kecerdasan Intelektual dianggap oleh kelompoknya sebagai satu-satunya
penentu kesuksesan sehingga pada waktu itu orang-orang beramai-ramai
mengetes ketinggian IQ mereka sebagai ukuran kesuksesan seseorang.
Kemudian di era tahun 1995 muncul penemuan baru tentang EQ atau Kecerdasan
Emosional yang dipelopori oleh Daniel Goleman . Kecerdasan
Emosional ini juga dianggap oleh kelompoknya merupakan penentu
kesuksesan seseorang lebih dari 80 % melebihi Kecerdasan
Intelektuan, dan sekaligus mampu meruntuhkan kejayaan IQ selama
ini. Penemuan IQ dan EQ kemudian dilengkapi dengan muncunya penemuan
baru tentang SQ atau Kecerdasan Spiritual sekitar tahun 2000-an
yang untuk dekade ini begitu dikaji dan menjadi menu utama dalam
pembahasan Ilmu Pengetahuan.
Pada perkembangan Ilmu Pengetahuan
dewasa ini, sinergi IQ – ES – SQ ini diyakini sebagai faktor yang
sangat menentukan kesuksesan seseorang. Sehingga boleh dikatakan bahwa
seorang yang memiliki sinergi ini maka diyakin akan mencapai kesuksesan
dalam hidupnya.
Berangkat dari hal tersebut di atas,
marilah kita coba mengkaji sinergi IQ – ES – SQ ini, dan kita hubungkan
dengan salah satu rahasia kesuksesan perjuangan Nabi Muhammad SAW
dalam berdakwah dan menyebarkan Agama Islam ditengah-tengah kondisi
masyarakat Arab pada waktu itu.
Bicara mengenai kesuksesan perjuangan
Nabi Muhammad SAW tentunya tidak akan terlepas dari peran
sahabat-sahabat beliau yang dengan setia mendampingi perjuangan Nabi
dalam suka dan duka. Diantara sahabat-sahabat beliau ini terdapat empat
orang sahabat yang sangat setia dalam membantu perjuangan beliau dalam
suka dan duka. Para sahabat ini kemudian dikenal dengan istilah Khulafaurrosyidin
yang terdiri dari Abu Bakar as Shidiq ra , Umar bin Khotob ra ,
Ustman bin Affan ra dan Ali bin Abi Tholib ra.
Kemudian kalau kita kaji dan amati lebih
dalam lagi, ternyata dari keempat sahabat Nabi ini memiliki kemampuan
atau kecerdasan yang berbeda satu sama lain, dan mereka
bersinergi serta saling melengkapi . Sehingga bisa dikatakan bahwa keempat
kemampuan atau kecerdasan (penulis menggunakan
istilah Kecerdasan Khulafaurrosyidin) yang berbeda-beda
ini kemudian dirangkum oleh Nabi sehingga menjadi kekuatan yang maha
dasyat yang mampu mendukung perjuangan beliau dalam menjalankan misi
kenabiannya dengan baik dan mencapai kesuksesan yang luar biasa.
Sebagai Umat Islam yang mengakui Nabi
Muhammad SAW adalah Rosululloh, tentunya kita sangatlah yakin bahwa apa
yang dilakukan oleh Nabi adalah merupakan uswah bagi kita
semua, dan itu tidaklah terjadi secara kebetulan saja akan tetapi atas
dasar tuntunan petunjuk wahyu dan skenario Dzat Yang Maha Kuasa, Alloh
SWT. Begitupun munculnya sahabat-sahabat Khulafaurrosyidin disekitar
Nabi tentunya juga bukan sesuatu yang terjadi secara kebetulan juga,
akan tetapi kita yakini mengandung uswah-uswah simbolik yang
mestinya menjadi ladang Ilmu Pengetahuan bagi kita untuk mengkaji lebih
lanjut rahasia-rahasia dibalik itu semua.
Berangkat dari hal tersebut di atas
marilah kita coba sinergi IQ – EQ – SQ ini kita versuskan
dengan Kecerdasan Khulafaurrosyidin untuk mendapatkan gambaran ataupun
sekedar perbandingan dibalik rahasia kesuksesan Nabi Muhammad SAW .
Ketika sinergi IQ-EQ-SQ kita versuskan
dengan Kecerdasan Khulafaurrosyidin , maka dapat kita gambarkan sebagai
berikut :
1. IQ vs Kecerdasan sahabat Ali bin
Abi Tholib
2. EQ vs Kecerdasan sahabat Umar
bin Khotob
3. SQ vs Kecerdasan sahabat Abu
Bakar as Shidiq
4. XQ vs Kecerdasan sahabat Ustman
bin Affan
Dari gambaran tersebut di atas ternyata
kecerdasan Ustman bin Affan belum memiliki lawan, sehingga sebagai
gambaran kita gunakan istilah XQ atau Kecerdasan X. Simbol XQ atau
Kecerdasan X ini sebagai wakil untuk sesuatu yang belum jelas, atau
mungkin sesuatu yang menjadi pekerjaan rumah bagi kita dikemudian hari,
atau dengan kata lain apakah mungkin masih ada satu kecerdasan hebat
yang belum terungkap jika sinergi IQ – EQ – SQ kita versuskan dengan
Kecerdasan Khulafaurrosyidin.
1. IQ vs
Kecerdasan sahabat Ali bin Abi Tholib
Ali bin Abi Tholib adalah putra paman
nabi Abi Tholib atau dengan kata Ali bin Abi Tholib adalah adik anak
paman dengan Nabi. Ali bin Abi Tholib ikut dengan Nabi sejak kecil
ketika nabi sendiri masih jejaka, tepatnya ketika wilayah Quraisy
dilanda kekeringan yang luar biasa sehingga paman nabi Abi Tholib tidak
sanggup membiayai hidup kedua anaknya, yaitu Ja’far bin Abi Tholib dan
Ali bin Abi Tholib. Ja’far bin Abi Tholib kemudian diasuh oleh paman
nabi Abbas dan Ali bin Abi Tholib diasuh oleh Nabi sendiri. Ali bin Abi
Tholib memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar bisa yang diakui
oleh para sahabat nabi yang lain, bahkan Nabi sendiri memberi gelar pada
Ali bin Abi Tholib berkenaan dengan hal tersebut Babul Ilmi /
Pintunya Ilmu, dalam sabda beliau “ Ana Madinatul ‘Ilmi wa
‘Aliyu babuha “. Kecerdasan dan daya ingatnya yang luar biasa
ini juga dibuktikan dengan kemampuannya menyusun Ilmu Nahwu dan menyusun
kalender hijriyah bersama sahabat-sahabat yang lain. Disamping itu
dalam sebuah cerita, sahabat Ali bin Abi Tholib ketika mendapatkan istri
Fatimatu Az zahro putri Nabi juga salah satunya karena daya ingatnya
yang sangat tinggi di atas sahabat-sahabat yang lain sehingga Ali bin
Abi Tholib menang dalam sayembara pada waktu itu. Kemudian mengenai
gelar Babul Ilmi ini juga disampaikan langsung oleh Nabi
berkenaan dengan peristiwa ketika para sahabat banyak yang bertanya
tentang berbagai masalah, kemudian Nabi menganjurkan agar bertanya dulu
pada Ali bin Abi Tholib. Hal ini setidaknya menunjukkan betapa
cerdasnya sahabat Ali bin Abi Tholib, sehingga pantaslah jika kita versuskan
dengan IQ.
2. EQ vs
Kecerdasan sahabat Umar bin Khotob
Umar bin Khotob adalah sahabat Nabi yang
terkenal paling keras dalam memegang prinsip dan nilai-nilai hukum
Islam, namun disisi lain kalau kita selami lebih lanjut beliau juga
memiliki kepekaan sosial yang paling tinggi diantara sahabat-sahabat
nabi yang lain. Sebelum masuk Islam beliau juga terkenal sangat keras
dan disegani dikalangan pemuda-pemuda arab, bahkan Nabi sendiri pernah
berdo’a pada Alloh SWT sebelum masuk Islamnya Umar bin Khotob, “ Yaa
Alloh berikanlah Islam kekuatan dengan masuk Islamnya salah satu dari
dua Umar “, ( Umar bin Hisyam / Abu Jahal dan Umar bin Khotob ). Kekerasanya
dan kelembutannya benar-benar dapat diletakan pada porsi yang sempurna.
Kekerasan dalam memegang hukum Islam tidak pandang bulu, begitupun
kelembutan dan kepekaan sosial beliau juga tidak pandang bulu. Kemampuan
sahabat Umar bin Khotob dalam membaca situasi dan juga
pendapat-pendapat beliau banyak mewarnai perjuangan penyebaran Agama
Islam baik pada masa Nabi maupun setelah Nabi. Sahabat Umar bin Khotob
jua’lah yang berjasa menyatukan Umat Islam kembali pasca wafatnya Nabi,
beliau juga yang mengusulkan agar ayat-ayat al Qur’an dikumpulkan pada
masa kholifah Abu Bakar as Shidiq, beliau juga yang menyusun kalender
hijriyah bersama sahabat Ali bin Abi Tholib dan lain sebagainya.
Berangkat dari keistimewaan-keistimewaan yang ada pada diri sahabat Umar
bin Khotob maka pantaslah jika kita versuskan dengan EQ.
3. SQ vs
Kecerdasan sahabat Abu Bakar as Shidiq
Abu Bakar as Shidiq nama aslinya Abdul
Ka’bah sebelum Islam dan Abdullah setelah masuk Islam. Adapun nama Abu
Bakar as Shidiq merupakan gelar yang diberikan oleh Nabi karena
ketulusan Abu Bakar as Shidiq dalam menerima semua ajaran-ajarn Islam
yang dibawa oleh Nabi. Dalam sebuah riwayat, gelar Abu Bakar as Sidiq
muncul setelah terjadinya peristiwa isro’ mi’roj Nabi Muhammad SAW
dimana beliau mendapatkan perintah sholat lima waktu. Ketika Nabi
menyampaikan perihal tentang peristiwa isro’ mi’roj ini dan perintah
sholat lima waktu , dalam hal ini Abu Bakar as Shidiq adalah
satu-satunya sahabat yang langsung percaya terhadap semua apa yang
disampaikan Nabi tanpa sedikitpun muncul keraguan atau bertanya-tanya
tentang kebenaran peristiwa isro’ mi’roj dan perintah sholat lima waktu
tersebut. Apa yang datang dan dilakukan oleh Nabi adalah suatu kebenaran
mutlaq bagi sahabat Abu Bakar as Shidiq. Hal ini terbukti ketika
terjadinya perjanjian Hudaebiyah yang menurut sebagian besar sahabat
dinilai sangat merugikan Umat Islam, akan tetapi tidak demikian menurut
sahabat Abu Bakar as Shidiq karena itu semua merupakan keputusan dan
kebijaksanaan yang datangnya dari Nabi. Hal ini menunjukkan bahwa
sahabat Abu Bakar as Sidiq memang merupakan satu-satunya sahabat Nabi
yang memiliki God Sport sangat besar dalam mendampingi Nabi dalam suka
dan duka. Sehingga pantaslah jika Abu Bakar as Sidiq kita
versuskan dengan SQ.
4. XQ vs
Kecerdasan sahabat Ustman bin Affan
Ustman bin Affan adalah satu-satunya
dari Khulafaurrosyidin yang berasal dari keluarga bangsawan / darah
biru, sehingga Ustman dikalangan para sahabat terkenal dengan kelembutan
perilaku dan sikap serta tutur katanya. Bahkan karena kelembutannya ini
Nabi dan para sahabat yang lain sungkan bila berhadapan terhadap Ustman
bin Affan. Dalam sebuah kisah dikatakan ketika Nabi sedang duduk diatas
kursi datanglah sahabat Abu Bakar as Shidiq kemudian sahabat Umar bin
Khotob, dan Nabi tetap duduk di atas kursi menyambut kedatangan mereka
berdua, namun ketika sahabat Ustman bin Affan yang datang, Nabi segera
saja berdiri dan turun dari kursinya. Setelah peristiwa itu ada seorang
sahabat yang bertanya pada Nabi, dan Nabi menjawab,” Jangankan
manusia, Malaikat pun sungkan terhadap Ustman bin Affan karena
kelembutan yang dimilikinya”. Disamping itu, sahabat Ustman bin
Affan juga satu-satunya sahabat Nabi yang beristrikan dua putri Nabi
secara bergantian yaitu Siti Rukoyah dan Umi Kulsum, sehingga beliau
mendapatkan gelar Dzu’ Nurain / yang memiliki dua cahaya .
Bahkan pada waktu Umi Kulsum wafat, dalam upacara pemakamannya Nabi
berkata,” Kalau saja aku masih memiliki anak perempuan lagi pasti
akan aku nikahkan juga dengan Ustman bin Affan “. Disamping gelar Dzu
Nurain, sahabat Ustman bin Affan juga memiliki gelar Hijratain,
karena kemampuan Ustman bin Affan memimpin rombongan hijrah ke Habsyi
dua kali atas perintah Nabi. Kemudian kelebihan Ustman bin Affan yang
lain yang sangat luar biasa yaitu kemampuanya menyatukan bacaan al
Qur’an dan kemudian menulis kembali hasil pengumpulan al Qur’an yang
dilakukan pada masa pemerintahan Kholifah Abu Bakar as Shidiq menjadi
satu mushaf. Penulisan al Qur’an dalam sebuah mushaf ini kemudian
dikenal dengan nama Mushaf Ustmani yang tersebar keseluruh
wilayah Islam termasuk ke wilayah Indonesia.
Berangkat dari paparan tersebut di atas,
maka apa kiranya kecerdasan yang bisa mewakili kecerdasan yang dimiliki
oleh sahabat Ustman bin Affan. Hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi
kita. Namun sebagai catatan penting bagi kita, sahabat Ustman bin Affan
adalah potret seorang sahabat yang sangat tawaddu’, andap asor, halus
budi pekertinya, teguh dalam memegang etika dan tata krama, yang
kesemuanya itu dijaman sekarang ini sudah menjadi barang langka dalam
kehidupan kita sehari-hari. Realita sosial di lingkungan kita, tidak
sedikit orang yang cerdas, kreatif dan memiliki God Sport yang tinggi,
akan tetapi mereka kering dan tidak memiliki jiwa tawaddu’ dalam
perilaku sehari-hari, baik tawaddu’ kepada Sang Kholiq maupun tawaddu’
kepada semua dan sesama mahluk ciptaan Sang Kholiq.
Demikianlah sebuah gambaran sederhana
ketika sinergi IQ-EQ-SQ kita versuskan dengan Kecerdasan
Khulafaurrosyidin . Semoga gambaran tersebut sedikit menggugah kita akan
adanya sebuah kecerdasan yang belum tergali yang diwakili oleh
kecerdasan sahabat Ustman bin Affan. Semoga bermanfaat, amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar